Notifikasi

Loading…

Chapter 2

"Konflik Batin"


Viona berusaha keras melupakan perasaannya terhadap Rangga. Ia lebih sering menghabiskan waktu sendiri, menjauh dari Dina dan Rangga. Namun, semakin ia mencoba menghindar, perasaan itu semakin kuat. Ia merasa terjebak dalam dilema yang sulit dipecahkan.


Suatu hari, Dina datang ke rumah Viona tanpa pemberitahuan. Dina terlihat gelisah dan sedih, sesuatu yang jarang terjadi. "Aku butuh teman bicara," kata Dina, matanya berkaca-kaca.


Viona segera merangkul sahabatnya. "Apa yang terjadi, Dina? Ceritakan padaku."


Dina menghela napas panjang, "Aku merasa ada yang aneh dengan Rangga belakangan ini. Dia sering melamun dan tampak tidak fokus. Aku khawatir dia menyembunyikan sesuatu dariku."


Hati Viona berdebar. "Mungkin dia hanya sedang stres dengan pekerjaannya," jawab Viona mencoba menenangkan.


"Tapi ini lebih dari sekadar stres. Aku bisa merasakannya," kata Dina dengan suara pelan.


Viona tidak tahu harus berkata apa. Di satu sisi, ia merasa bersalah karena perasaannya sendiri terhadap Rangga. Di sisi lain, ia tidak ingin melihat sahabatnya menderita. "Aku yakin semuanya akan baik-baik saja, Dina. Mungkin kalian hanya perlu lebih banyak waktu bersama."


Dina mengangguk pelan, namun keraguan masih terlihat di matanya. "Terima kasih, Viona. Kamu memang sahabat terbaik."


Malam itu, Viona merasa dihantui oleh rasa bersalah. Ia tidak bisa menghilangkan bayangan Dina yang sedih dan khawatir. Ia tahu bahwa perasaannya terhadap Rangga adalah salah, namun ia tidak bisa memaksa hatinya untuk berhenti mencintai.


Hari-hari berikutnya, Viona mencoba lebih fokus pada pekerjaannya dan hobinya, mengisi waktunya dengan berbagai aktivitas agar pikirannya teralihkan. Namun, setiap kali ia bertemu dengan Dina dan Rangga, perasaannya kembali muncul ke permukaan.


Suatu malam, setelah menghabiskan waktu bersama Dina dan Rangga, Viona pulang dengan perasaan campur aduk. Ia merasa lelah dan frustrasi dengan dirinya sendiri. Saat sedang merenung, ponselnya bergetar. Pesan dari Rangga masuk.


"Viona, bisakah kita bicara sebentar?"


Viona terkejut dan ragu untuk membalas. Namun, rasa penasarannya mengalahkan keraguannya. "Tentu, ada apa, Rangga?"


"Aku merasa ada sesuatu yang tidak beres antara kita. Aku ingin kita jujur satu sama lain."


Hati Viona berdebar semakin kencang. Ia tahu bahwa pembicaraan ini akan sulit, namun ia merasa ini adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan semuanya.