Notifikasi

Loading…

Cinta Terlarang di Balik Pintu


"Cinta Terlarang di Balik Pintu" adalah kisah romansa kompleks yang mengisahkan perselingkuhan antara dua individu yang sudah berkomitmen dengan pasangan masing-masing. Kisah ini membawa pembaca melalui berbagai emosi mulai dari kebahagiaan yang tersembunyi, ketegangan akibat rasa takut ketahuan, konflik batin yang mendera, hingga kecurigaan yang membayangi setiap langkah. Dengan latar belakang kehidupan modern yang penuh dinamika, cerita ini menghadirkan dilema moral dan pilihan-pilihan sulit yang harus dihadapi oleh tokoh-tokohnya.

Tokoh Utama:

  1. Rafaela (Ella): Seorang wanita karier yang sukses, berusia 35 tahun, dengan kehidupan pernikahan yang tampak sempurna dari luar. Namun, di balik itu semua, Ella merasa hampa dan tidak bahagia.
  2. Dimas: Seorang pria berusia 37 tahun, karismatik dan penuh perhatian, yang juga berada dalam pernikahan yang bermasalah. Dimas bertemu Ella dalam sebuah proyek pekerjaan dan perasaan mereka mulai berkembang di luar kendali.

Bab 1: Pertemuan yang Mengubah Segalanya

Ella duduk di ruang meeting kantornya, menunggu kedatangan tim dari perusahaan mitra yang akan berkolaborasi dalam proyek besar ini. Suaminya, Arman, baru saja mengantarnya ke kantor pagi ini dengan senyum yang tampak dipaksakan. Sudah beberapa bulan terakhir ini, pernikahan mereka terasa hambar. Namun, Ella berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaannya yang menuntut.

Ketika pintu ruang meeting terbuka, Ella terkejut melihat sosok pria yang masuk. Dimas, seorang eksekutif dari perusahaan mitra yang pernah dikenalnya dalam sebuah konferensi beberapa tahun lalu. Ella teringat betapa menyenangkannya berbicara dengan Dimas saat itu, dan kini dia kembali merasakan getaran aneh di hatinya.

“Selamat pagi, semuanya,” sapa Dimas dengan senyum hangat. “Saya Dimas, dari perusahaan X. Senang bisa bekerja sama dengan kalian semua.”

Pertemuan itu berjalan lancar, dengan Dimas yang menunjukkan profesionalismenya. Namun, ada momen-momen kecil di mana pandangan mereka bertemu dan senyuman yang sulit dihindari muncul di wajah masing-masing. Setelah meeting selesai, Dimas menghampiri Ella.

“Ella, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” tanya Dimas, suaranya hangat dan tulus.

“Baik, Dimas. Tidak menyangka kita akan bertemu lagi dalam proyek ini,” jawab Ella, berusaha menyembunyikan kegugupannya.

Percakapan mereka berlanjut ringan, membicarakan hal-hal kecil tentang pekerjaan dan kehidupan. Namun, di balik itu semua, ada ketertarikan yang sulit diingkari. Ella tahu ini tidak benar, tapi perasaannya mulai tak terkendali.

Hari demi hari, mereka semakin sering bertemu untuk urusan pekerjaan. Setiap momen bersama Dimas membuat Ella semakin merasakan kebahagiaan yang sudah lama hilang dari hidupnya. Hingga pada suatu malam, setelah rapat panjang, Dimas mengajak Ella untuk makan malam.

“Ella, bagaimana kalau kita makan malam bersama? Sekedar untuk melepas penat,” tawar Dimas dengan senyum yang membuat Ella sulit menolak.

Ella setuju, dan malam itu mereka menghabiskan waktu di sebuah restoran kecil yang nyaman. Percakapan mereka semakin dalam, membahas tentang kehidupan pribadi, impian, dan perasaan yang tak terungkapkan. Ella merasakan kedekatan emosional dengan Dimas yang begitu kuat.

“Dimas, ini mungkin terdengar aneh, tapi aku merasa nyaman berbicara denganmu,” kata Ella dengan jujur.

“Aku juga merasakan hal yang sama, Ella. Mungkin kita memang saling mengerti satu sama lain,” jawab Dimas, matanya menatap Ella dengan lembut.

Malam itu menjadi titik awal dari sebuah hubungan yang tak seharusnya terjadi. Mereka mulai sering bertemu di luar urusan pekerjaan, menghabiskan waktu bersama, dan perasaan mereka semakin mendalam. Ella tahu bahwa ini adalah cinta terlarang, namun dia tak bisa menghentikan hatinya yang telah jatuh pada Dimas.

Konflik batin mulai menguasai Ella. Dia mencintai suaminya, Arman, tapi perasaan yang dia rasakan terhadap Dimas begitu kuat. Setiap kali dia bertemu Dimas, Ella merasa hidupnya lebih berarti. Namun, dia juga tahu bahwa jika hubungannya dengan Dimas terungkap, itu akan menghancurkan semuanya.

Ella dan Dimas berusaha menyembunyikan hubungan mereka dari semua orang, terutama pasangan masing-masing. Mereka tahu bahwa apa yang mereka lakukan salah, tapi cinta dan kebahagiaan yang mereka rasakan begitu nyata. Mereka harus membuat keputusan sulit: terus melanjutkan hubungan ini dengan risiko besar atau mengakhirinya demi kebaikan semua orang.

Bab 2: Rahasia yang Mulai Terbongkar

Tiga bulan berlalu sejak pertemuan pertama Ella dan Dimas. Hubungan mereka semakin dalam, meski mereka berusaha keras untuk tetap menyembunyikannya. Namun, rahasia sebesar ini sulit untuk disimpan selamanya.

Ella sering pulang terlambat dengan alasan pekerjaan, sementara Dimas juga sering menghabiskan waktu di luar rumah. Pasangan mereka mulai curiga, terutama Arman yang semakin merasakan perubahan sikap Ella.

Suatu malam, saat Ella pulang terlambat lagi, Arman memutuskan untuk bertanya.

“Ella, ada apa denganmu belakangan ini? Kamu sering pulang terlambat dan terlihat selalu sibuk. Apakah ada sesuatu yang ingin kamu ceritakan padaku?” tanya Arman dengan nada serius.

Ella terdiam sejenak, merasa bersalah dan bingung harus menjawab apa. “Aku hanya sibuk dengan proyek besar di kantor, Arman. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan,” jawab Ella dengan senyum yang dipaksakan.

Arman mengangguk, meski dia masih merasa ada yang tidak beres. Kecurigaannya semakin kuat ketika dia melihat Ella menerima pesan di tengah malam dan segera mematikan ponselnya.

Sementara itu, di sisi lain, istri Dimas, Nina, juga mulai curiga dengan perubahan sikap suaminya. Nina merasa Dimas semakin jauh dan sering menghindari percakapan serius. Malam itu, saat Dimas sedang mandi, Nina memeriksa ponsel suaminya dan menemukan pesan-pesan yang mencurigakan dari Ella.

Nina memutuskan untuk mengonfrontasi Dimas tentang temuannya.

“Dimas, siapa Ella? Dan kenapa kamu sering berhubungan dengannya?” tanya Nina dengan nada tajam saat Dimas keluar dari kamar mandi.

Dimas terkejut, tapi berusaha tetap tenang. “Ella hanya rekan kerja, Nina. Kami sering berkomunikasi untuk urusan proyek,” jawab Dimas sambil mencoba menghindari tatapan Nina.

Nina tidak puas dengan jawaban itu dan merasa ada yang lebih dari sekadar rekan kerja. Kecurigaan Nina semakin kuat, tapi dia memilih untuk tidak langsung menuduh tanpa bukti yang lebih jelas.

Hubungan Ella dan Dimas semakin tegang dengan adanya kecurigaan dari pasangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus lebih berhati-hati, namun cinta dan ketertarikan yang mereka rasakan begitu kuat.

Bab 3: Pertaruhan Cinta dan Kesetiaan

Hari-hari berikutnya menjadi semakin sulit bagi Ella dan Dimas. Mereka harus menyembunyikan perasaan mereka di balik wajah yang tenang, sementara hati mereka dipenuhi ketegangan dan rasa takut.

Suatu hari, Dimas mengajak Ella bertemu di sebuah kafe yang jauh dari pusat kota. Mereka duduk di sudut ruangan, berusaha untuk tidak menarik perhatian orang lain.

“Ella, aku tidak tahu sampai kapan kita bisa terus seperti ini. Pasangan kita mulai curiga dan aku tidak ingin kita ketahuan,” kata Dimas dengan nada serius.

“Aku juga merasakan hal yang sama, Dimas. Tapi aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Setiap kali aku bersamamu, aku merasa hidupku lebih berarti,” jawab Ella dengan mata yang berkaca-kaca.

Dimas meraih tangan Ella dan menggenggamnya erat. “Kita harus membuat keputusan, Ella. Aku tidak ingin menyakiti Nina, tapi aku juga tidak bisa mengabaikan perasaanku padamu.”

Ella mengangguk, merasakan dilema yang sama. Mereka tahu bahwa hubungan ini tidak bisa berlanjut tanpa menyakiti banyak orang, namun cinta yang mereka rasakan begitu kuat dan tulus.

Dalam pertemuan itu, mereka memutuskan untuk memberikan waktu satu bulan untuk berpikir dan memutuskan apa yang harus dilakukan. Mereka akan menghindari bertemu selama sebulan dan fokus pada pasangan masing-masing, mencoba untuk memperbaiki hubungan mereka yang telah retak.

Bulan itu menjadi bulan yang penuh dengan kecemasan dan kebingungan. Ella berusaha untuk lebih dekat dengan Arman, tapi hatinya selalu kembali pada Dimas. Begitu juga dengan Dimas yang mencoba untuk lebih perhatian pada Nina, namun bayangan Ella selalu ada di benaknya.

Setelah sebulan berlalu, Ella dan Dimas bertemu kembali di tempat yang sama. Mereka duduk dengan suasana hati yang campur aduk, siap untuk mengambil keputusan besar.

“Dimas, aku telah berpikir keras selama sebulan ini. Aku mencintaimu, tapi aku juga mencintai Arman. Aku tidak bisa meninggalkannya,” kata Ella dengan air mata yang mulai mengalir.

“Aku mengerti, Ella. Aku juga merasa hal yang sama. Nina adalah istri yang baik dan aku tidak ingin menyakitinya. Mungkin kita harus mengakhiri ini demi kebaikan semua orang,” jawab Dimas dengan suara bergetar.

Mereka saling berpandangan dengan rasa sakit yang mendalam. Mereka tahu bahwa keputusan ini adalah yang terbaik, meski hati mereka hancur. Dengan pelukan terakhir yang penuh dengan air mata, mereka berjanji untuk tetap mengenang momen-momen indah yang mereka miliki, tapi tidak akan pernah melanjutkan hubungan ini.

Ella dan Dimas kembali ke kehidupan masing-masing dengan hati yang terluka. Mereka mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan mereka dan menjalani hidup tanpa bayangan cinta terlarang yang pernah mereka rasakan.

Bab 2: Rahasia yang Mulai Terbongkar

Tiga bulan berlalu sejak pertemuan pertama Ella dan Dimas. Hubungan mereka semakin dalam, meski mereka berusaha keras untuk tetap menyembunyikannya. Namun, rahasia sebesar ini sulit untuk disimpan selamanya.

Setiap kali Ella pulang terlambat, Arman mulai menunjukkan kecurigaan yang semakin nyata. Ia bukan suami yang mudah cemburu, tapi perubahan dalam sikap dan jadwal Ella tidak bisa diabaikan begitu saja.

“Ella, kamu sering pulang terlambat belakangan ini. Ada yang ingin kamu ceritakan?” tanya Arman suatu malam ketika Ella baru saja masuk ke dalam rumah.

Ella terdiam sejenak, merasakan rasa bersalah menghantui hatinya. “Proyek di kantor sangat menuntut, Arman. Aku harus bekerja lembur untuk menyelesaikannya,” jawabnya sambil menghindari tatapan Arman.

Arman hanya mengangguk, meski hatinya masih dipenuhi tanda tanya. Ia mencoba untuk percaya pada istrinya, namun nalurinya berkata ada sesuatu yang tidak beres.

Di sisi lain, Dimas juga menghadapi situasi serupa di rumahnya. Istrinya, Nina, mulai merasa ada yang aneh dengan suaminya. Dimas sering terlihat terganggu dan menghabiskan banyak waktu di luar rumah. Suatu malam, saat Dimas sedang mandi, Nina memberanikan diri untuk memeriksa ponsel suaminya. Ia menemukan pesan-pesan dari Ella yang menimbulkan kecurigaan.

Nina tidak langsung mengonfrontasi Dimas, tapi ia mulai mengumpulkan bukti dan memperhatikan setiap gerak-gerik suaminya dengan lebih teliti. Ia ingin memastikan bahwa kecurigaannya tidak salah sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.

Hubungan Ella dan Dimas semakin tegang dengan adanya kecurigaan dari pasangan mereka. Mereka tahu bahwa mereka harus lebih berhati-hati, namun cinta dan ketertarikan yang mereka rasakan begitu kuat. Mereka mencoba untuk bertemu di tempat-tempat yang lebih aman dan berkomunikasi dengan lebih hati-hati.

Suatu hari, Ella dan Dimas memutuskan untuk bertemu di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Mereka duduk di sudut ruangan, berusaha untuk tidak menarik perhatian orang lain.

“Ella, kita harus lebih berhati-hati. Aku takut Nina semakin curiga,” kata Dimas dengan nada cemas.

“Aku juga merasa hal yang sama, Dimas. Arman mulai sering bertanya-tanya tentang pekerjaanku. Kita harus mencari cara untuk mengalihkan perhatian mereka,” jawab Ella dengan suara bergetar.

Mereka berdua tahu bahwa hubungan mereka berada di ambang kehancuran jika tidak segera mengambil tindakan. Mereka memutuskan untuk sementara waktu mengurangi intensitas pertemuan mereka dan berusaha lebih fokus pada pasangan masing-masing.

Namun, suatu malam ketika Ella pulang terlambat lagi, Arman sudah menunggunya di ruang tamu dengan ekspresi serius.

“Ella, aku tidak bisa terus seperti ini. Ada yang kamu sembunyikan dariku, dan aku ingin tahu apa itu,” ujar Arman dengan tegas.

Ella merasakan jantungnya berdetak kencang. Ia tahu bahwa saat ini tidak ada jalan lain selain jujur pada Arman.

“Arman, aku... aku harus mengatakan sesuatu,” kata Ella dengan suara bergetar. Ia merasa terjebak dalam dilema besar antara mengatakan yang sebenarnya dan melindungi rahasia cintanya dengan Dimas.

Arman menatap Ella dengan penuh harap, berharap istrinya akan jujur padanya. Ella tahu bahwa kejujuran adalah hal yang benar, tapi ia juga takut akan konsekuensi yang akan dihadapinya.

Sementara itu, di rumah Dimas, Nina semakin intensif mengawasi suaminya. Ia mulai menyusun rencana untuk mengungkap kebenaran di balik perubahan sikap Dimas. Nina merasa bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi dan ia bertekad untuk mengetahui apa itu.

Hubungan Ella dan Dimas semakin tegang dengan adanya kecurigaan dari pasangan mereka. Mereka harus memutuskan apakah akan terus melanjutkan hubungan ini dengan risiko besar atau mengakhirinya demi kebaikan semua orang.

Ella tahu bahwa rahasia ini tidak bisa disembunyikan selamanya. Ia harus segera membuat keputusan sulit yang akan menentukan masa depan hubungan mereka dan kehidupan pernikahannya dengan Arman. Begitu juga dengan Dimas, yang berada dalam dilema antara cinta yang ia rasakan untuk Ella dan kesetiaannya kepada Nina.

Malam itu, Ella dan Arman berbicara panjang lebar. Ella berusaha untuk tidak mengungkap seluruh rahasia, tapi cukup untuk meredakan kecurigaan Arman. Ia mengatakan bahwa ia merasa tertekan dengan pekerjaannya dan butuh waktu untuk menenangkan diri. Arman, meski masih merasa ada yang aneh, memutuskan untuk memberi Ella ruang dan waktu.

Di sisi lain, Nina semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dengan Dimas. Ia menyusun rencana untuk mengikuti suaminya suatu hari, berharap bisa menemukan jawaban atas semua kecurigaannya.

Ketegangan semakin meningkat, dan rahasia yang selama ini terpendam mulai menunjukkan tanda-tanda akan terbongkar. Ella dan Dimas harus berjuang untuk menjaga hubungan mereka tetap tersembunyi, sementara kecurigaan pasangan mereka semakin membesar.

Bab 3: Pertaruhan Cinta dan Kesetiaan

Hari-hari berikutnya menjadi semakin sulit bagi Ella dan Dimas. Mereka harus menyembunyikan perasaan mereka di balik wajah yang tenang, sementara hati mereka dipenuhi ketegangan dan rasa takut.

Setiap kali mereka berada di rumah bersama pasangan masing-masing, rasa cemas dan bersalah semakin mendera. Ella mencoba untuk lebih dekat dengan Arman, suaminya, meski hatinya selalu kembali pada Dimas. Begitu pula dengan Dimas yang mencoba untuk lebih perhatian pada Nina, istrinya, namun bayangan Ella selalu ada di benaknya.

Suatu malam, Arman dan Ella sedang duduk di ruang tamu. Arman menatap Ella dengan serius, ada ketegangan yang jelas terlihat di wajahnya.

“Ella, aku mencintaimu. Aku ingin kita bisa melewati ini bersama,” kata Arman dengan nada lembut namun tegas. “Tapi aku butuh kejujuran darimu. Apakah ada sesuatu yang harus aku ketahui?”

Ella merasakan hatinya berdebar kencang. Ia tahu bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk membuka diri, namun ketakutan akan konsekuensinya membuatnya ragu. Dengan suara bergetar, Ella menjawab, “Arman, aku... aku hanya merasa tertekan dengan semua ini. Pekerjaan, rumah, semuanya terasa begitu berat.”

Arman meraih tangan Ella dan menggenggamnya erat. “Ella, kita adalah tim. Apapun yang kamu rasakan, kita bisa menghadapinya bersama. Tapi tolong, jujur padaku.”

Ella merasakan air mata mulai mengalir di pipinya. Ia tahu bahwa Arman tulus, tapi ia juga tahu bahwa mengungkapkan kebenaran bisa menghancurkan segalanya. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidak mengungkapkan seluruh kebenaran, namun cukup untuk meredakan kecurigaan Arman.

“Maafkan aku, Arman. Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Semua ini terlalu berat bagiku,” katanya dengan suara penuh rasa bersalah.

Arman mengangguk dan memeluk Ella. “Kita akan melewati ini bersama. Aku selalu ada untukmu,” bisiknya.

Sementara itu, di sisi lain, Nina semakin intensif mengawasi suaminya. Ia mulai menyusun rencana untuk mengungkap kebenaran di balik perubahan sikap Dimas. Nina merasa bahwa sesuatu yang besar sedang terjadi dan ia bertekad untuk mengetahui apa itu.

Suatu hari, Nina memutuskan untuk mengikuti Dimas saat ia pergi bekerja. Ia menyewa taksi dan mengikuti mobil Dimas dari kejauhan. Jantungnya berdebar-debar saat ia melihat mobil Dimas berhenti di sebuah kafe kecil di pinggiran kota. Nina memutuskan untuk menunggu dan mengamati dari kejauhan.

Setelah beberapa menit, ia melihat Dimas keluar dari mobil dan masuk ke dalam kafe. Tidak lama kemudian, Ella juga tiba di tempat yang sama. Nina merasakan jantungnya seperti terhenti saat melihat suaminya dan Ella duduk bersama di kafe, berbicara dengan penuh keakraban.

Nina segera mengambil foto-foto dari kejadian tersebut sebagai bukti. Ia merasa marah, kecewa, dan dikhianati. Namun, ia memilih untuk tidak langsung mengonfrontasi mereka. Ia ingin mengumpulkan lebih banyak bukti dan merencanakan langkah selanjutnya dengan hati-hati.

Ketika Dimas pulang malam itu, Nina berusaha bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi. Ia menyimpan bukti-bukti yang ia dapatkan dan menunggu waktu yang tepat untuk mengonfrontasi Dimas.

Di sisi lain, Ella dan Dimas semakin merasa tertekan dengan situasi yang mereka hadapi. Mereka tahu bahwa hubungan ini tidak bisa berlanjut tanpa menyakiti banyak orang, namun cinta yang mereka rasakan begitu kuat dan tulus.

Ella merasa semakin sulit untuk menyembunyikan perasaannya, terutama ketika Arman mulai menunjukkan perhatian dan kasih sayang yang lebih besar. Begitu pula dengan Dimas yang merasakan beban moral yang semakin berat saat melihat Nina yang tetap setia dan penuh kasih sayang.

Suatu malam, Ella dan Dimas bertemu di sebuah tempat tersembunyi. Mereka duduk berdua dalam diam, merasakan beban perasaan yang begitu besar.

“Dimas, aku tidak tahu sampai kapan kita bisa terus seperti ini. Pasangan kita semakin curiga, dan aku tidak ingin menyakiti mereka lebih dari ini,” kata Ella dengan suara bergetar.

“Aku juga merasakan hal yang sama, Ella. Nina semakin curiga, dan aku merasa bersalah setiap kali melihatnya. Kita harus membuat keputusan,” jawab Dimas dengan nada serius.

Ella mengangguk, merasakan air mata mengalir di pipinya. “Aku mencintaimu, Dimas. Tapi aku juga mencintai Arman. Aku tidak bisa meninggalkannya.”

“Aku mengerti, Ella. Aku juga merasa hal yang sama. Nina adalah istri yang baik, dan aku tidak ingin menyakitinya. Mungkin kita harus mengakhiri ini demi kebaikan semua orang,” kata Dimas dengan suara penuh kesedihan.

Mereka saling berpandangan dengan rasa sakit yang mendalam. Mereka tahu bahwa keputusan ini adalah yang terbaik, meski hati mereka hancur. Dengan pelukan terakhir yang penuh dengan air mata, mereka berjanji untuk tetap mengenang momen-momen indah yang mereka miliki, tapi tidak akan pernah melanjutkan hubungan ini.

Ella dan Dimas kembali ke kehidupan masing-masing dengan hati yang terluka. Mereka mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan mereka dan menjalani hidup tanpa bayangan cinta terlarang yang pernah mereka rasakan.

Bab 4: Kebenaran yang Terungkap

Dua minggu berlalu sejak Ella dan Dimas memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka. Mereka berusaha fokus pada pasangan masing-masing, namun bayangan cinta terlarang itu masih membekas di hati mereka. Mereka tahu bahwa mereka telah membuat keputusan yang tepat, tapi rasa sakit dan kehilangan tetap terasa.

Nina, yang semakin yakin dengan kecurigaannya, memutuskan untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Setelah mengumpulkan bukti yang cukup, ia merasa siap untuk mengonfrontasi Dimas. Suatu malam, ketika Dimas pulang dari kerja, Nina menunggunya di ruang tamu dengan ekspresi serius.

"Dimas, kita perlu bicara," kata Nina dengan suara tegas.

Dimas merasakan hatinya berdebar kencang. Ia tahu bahwa ini adalah saat yang ditakutinya. Dengan perlahan, ia duduk di sebelah Nina dan menatapnya dengan penuh penyesalan.

"Nina, aku... aku tahu aku telah membuat kesalahan besar," kata Dimas dengan suara pelan.

Nina mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto-foto yang ia ambil di kafe beberapa minggu lalu. "Ini, Dimas. Apa yang bisa kamu katakan tentang ini?"

Dimas terdiam, tidak bisa mengelak dari bukti yang ada di depan matanya. "Aku minta maaf, Nina. Aku tahu aku telah mengkhianatimu. Tapi aku berjanji itu sudah berakhir. Aku tidak ingin menyakitimu lagi."

Nina menatap Dimas dengan air mata yang mulai mengalir. "Dimas, mengapa kamu melakukan ini? Apa yang kurang dari kita? Apa yang membuatmu berpaling?"

Dimas meraih tangan Nina dan menggenggamnya erat. "Nina, kamu tidak kurang apapun. Ini semua salahku. Aku terjebak dalam perasaan yang tidak seharusnya. Tapi aku berjanji akan memperbaiki semuanya. Tolong beri aku kesempatan."

Nina terdiam sejenak, merasakan campuran antara marah dan sedih. Akhirnya, ia menghela napas panjang. "Dimas, aku butuh waktu. Aku tidak tahu apakah aku bisa memaafkanmu begitu saja. Tapi aku akan mencoba."

Di sisi lain, Ella juga menghadapi situasi serupa dengan Arman. Arman, yang semakin merasa ada yang tidak beres, memutuskan untuk berbicara lebih serius dengan Ella.

"Sayang, aku merasa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku. Tolong, jujurlah padaku. Aku ingin kita bisa melewati ini bersama," kata Arman dengan suara lembut namun tegas.

Ella menundukkan kepalanya, merasa bersalah dan malu. "Arman, aku... aku minta maaf. Aku telah membuat kesalahan besar. Aku berselingkuh dengan Dimas."

Arman terkejut mendengar pengakuan itu. Ia merasa marah, sedih, dan kecewa. "Ella, bagaimana bisa kamu melakukan ini padaku? Apa yang salah dengan kita?"

Ella meraih tangan Arman, berharap bisa menenangkannya. "Arman, tidak ada yang salah dengan kita. Ini semua salahku. Aku terjebak dalam perasaan yang tidak seharusnya. Tapi aku berjanji, itu sudah berakhir. Tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya."

Arman menatap Ella dengan mata yang penuh air mata. "Ella, aku mencintaimu. Tapi ini sangat menyakitkan. Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya."

Ella mengangguk, merasa hancur melihat Arman begitu terluka. "Aku mengerti, Arman. Aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan kepercayaanmu kembali."

Malam itu, Ella dan Dimas merasakan beban yang begitu besar. Mereka tahu bahwa mereka telah membuat kesalahan besar dan harus berjuang keras untuk memperbaiki semuanya. Mereka memutuskan untuk tidak saling berhubungan lagi, demi menghormati pasangan mereka dan memberi kesempatan untuk memperbaiki pernikahan masing-masing.

Hari-hari berikutnya, Dimas berusaha lebih keras untuk menunjukkan kasih sayangnya pada Nina. Ia melakukan segala cara untuk membuat Nina merasa dihargai dan dicintai. Meski sulit, Nina berusaha untuk memberikan kesempatan kedua pada Dimas, berharap bahwa cinta mereka bisa mengatasi semua rintangan.

Di sisi lain, Ella juga berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Arman. Ia mencoba untuk lebih jujur dan terbuka, serta menunjukkan betapa ia menyesal atas kesalahannya. Arman, meski masih merasakan sakit yang mendalam, berusaha untuk memaafkan Ella dan memberi kesempatan kedua bagi pernikahan mereka.

Namun, meski mereka berusaha keras untuk memperbaiki segalanya, bayangan cinta terlarang itu masih membekas. Ella dan Dimas tahu bahwa mereka harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan kembali kepercayaan dari pasangan mereka.

Suatu hari, Nina dan Arman memutuskan untuk bertemu dan berbicara. Mereka merasa bahwa mereka perlu memahami situasi dari sudut pandang satu sama lain. Pertemuan ini bukan untuk menyalahkan, tapi untuk mencari solusi yang terbaik.

"Nina, aku ingin kita bisa melewati ini bersama. Aku tahu ini tidak mudah, tapi aku percaya bahwa cinta kita bisa mengatasi semua ini," kata Arman dengan penuh harap.

Nina mengangguk, merasa senang bahwa Arman juga ingin berjuang untuk pernikahan mereka. "Aku juga berpikir begitu, Arman. Kita harus saling mendukung dan berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama."

Dengan dukungan dari satu sama lain, Nina dan Arman memutuskan untuk memberikan kesempatan kedua bagi pernikahan mereka. Mereka tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, tapi mereka siap untuk berjuang demi cinta dan kesetiaan yang mereka miliki.

Ella dan Dimas, meski masih merasakan cinta yang kuat di antara mereka, tahu bahwa keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka adalah yang terbaik. Mereka berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama dan fokus pada pasangan masing-masing.

Bab 5 Ongoing...