Notifikasi

Loading…

Chapter 2

 "Harapan yang Retak"


Arya terbangun di sofa ruang tamu, dengan kepala berat dan hati yang hancur. Ingatan tentang Lestari yang pergi semalam masih segar di benaknya. Rumah terasa sunyi dan kosong tanpa kehadiran wanita yang dicintainya. Arya menyadari betapa pentingnya Lestari dalam hidupnya dan merasa bersalah telah membuatnya merasa tak berarti.


Di sisi lain, Lestari berada di rumah sahabatnya, Mira. Mira selalu menjadi tempat pelarian Lestari ketika ia membutuhkan teman bicara. "Aku tidak tahu harus bagaimana, Mira. Aku mencintainya, tapi semua ini terlalu berat untukku," kata Lestari dengan suara lirih.


Mira merangkul Lestari dengan penuh kasih. "Aku mengerti, Tari. Mungkin kau butuh waktu untuk merenung dan menemukan jalan keluarnya. Aku selalu ada di sini untukmu."


Sementara itu, Arya mencoba untuk menghubungi Lestari, tetapi tidak mendapat balasan. Ia merasa frustasi dan cemas. Arya memutuskan untuk mencari pekerjaan baru agar bisa bangkit kembali dan menunjukkan kepada Lestari bahwa ia serius untuk memperbaiki segalanya.


Hari demi hari, Arya melamar berbagai pekerjaan. Ia bahkan tidak lagi peduli dengan gaji yang ditawarkan, yang penting baginya adalah bisa kembali bekerja dan membuktikan diri. Akhirnya, Arya berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai sales di sebuah perusahaan kecil. Meskipun tidak sesuai dengan harapannya, Arya merasa ini adalah langkah awal untuk bangkit kembali.


Sementara itu, Lestari mulai merasa rindu pada Arya. Namun, kenangan tentang pertengkaran dan kebangkrutan Arya membuatnya ragu untuk kembali. Ia terus merenungkan apakah keputusan untuk meninggalkan Arya adalah yang terbaik.


Pada suatu malam, Arya menerima pesan dari Lestari. "Aku ingin kita bertemu dan berbicara," tulis Lestari. Hati Arya berdebar-debar. Ia tahu ini adalah kesempatan untuk memperbaiki semuanya.


Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang biasa mereka kunjungi dulu. Suasana kaku dan canggung menyelimuti pertemuan mereka. Arya mencoba untuk memulai percakapan, "Aku minta maaf, Lestari. Aku benar-benar menyesal atas semua yang terjadi."


Lestari menatap Arya dengan mata yang penuh harapan dan keraguan. "Aku tahu kamu berusaha keras, Arya. Tapi aku juga merasa sangat terluka dan terkhianati oleh situasi ini. Aku butuh waktu untuk memikirkan semuanya."


Arya menggenggam tangan Lestari dengan lembut. "Aku mengerti, Tari. Aku akan menunggu. Aku berjanji untuk berubah dan menjadi lebih baik. Aku akan berusaha untuk tidak mengecewakanmu lagi."


Lestari tersenyum samar, "Aku juga ingin kita bisa kembali seperti dulu, Arya. Tapi aku tidak yakin apakah kita bisa melewati semua ini."


Percakapan mereka berlangsung hingga malam, penuh dengan tanya dan harapan. Meskipun belum menemukan jawaban pasti, setidaknya pertemuan itu memberikan sedikit harapan bagi keduanya.


Arya kembali ke rumah dengan perasaan campur aduk. Ia tahu bahwa jalan untuk memperbaiki hubungan mereka masih panjang dan berliku. Namun, ia bertekad untuk tidak menyerah.


Di sisi lain, Lestari pulang dengan hati yang sedikit lebih ringan. Meskipun belum sepenuhnya yakin, ia merasa ada harapan untuk mereka bisa kembali bersama. Lestari tahu bahwa cinta mereka tidak akan mudah pudar, tetapi juga sadar bahwa butuh waktu dan usaha untuk memperbaiki segalanya.