Notifikasi

Loading…

Chapter 3

 "Pilihan yang Menyakitkan"


Clara duduk di meja kafe, merasa terjepit di antara dua dunia. Dimas menatapnya dengan tatapan penuh harap, sementara pikiran Clara terus berputar. Dia tahu bahwa keputusannya akan mengubah hidup banyak orang, termasuk dirinya sendiri.


"Clara," suara Dimas memecah keheningan, "Aku tidak ingin memaksamu. Aku hanya ingin kamu bahagia, apa pun keputusanmu."


Clara menghela napas panjang. "Aku juga ingin bahagia, Dimas. Tapi aku takut membuat pilihan yang salah."


Dimas mengangguk pelan. "Tidak ada yang bisa memutuskan ini selain kamu sendiri. Apa pun yang kamu pilih, aku akan menghargainya."


Clara merasa air mata mulai mengalir di pipinya. Dia tahu bahwa dia harus membuat keputusan, tetapi hatinya masih terpecah. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada Dimas dan berjalan pulang dengan perasaan yang berat.


Sesampainya di rumah, Clara menemukan Andi sedang menyiapkan makan malam. Andi menyambutnya dengan senyum hangat, tetapi Clara bisa melihat kekhawatiran di matanya.


"Bagaimana harimu, Clara?" tanya Andi lembut.


Clara mencoba tersenyum. "Lumayan baik, terima kasih."


Mereka makan malam dalam keheningan, dan setelah itu, Clara memutuskan untuk berbicara jujur dengan Andi. "Andi, kita perlu bicara."


Andi menatapnya dengan serius. "Ada apa, Clara?"


Clara mengambil napas dalam-dalam. "Aku telah berbicara dengan Dimas. Aku masih bingung, tetapi aku tahu bahwa aku harus membuat keputusan."


Andi mengangguk pelan. "Aku mengerti, Clara. Aku tahu ini sulit bagi kita berdua."


Clara merasa hatinya hancur melihat kesedihan di mata Andi. "Aku tidak ingin menyakitimu, Andi. Aku mencintaimu, tetapi aku juga merasakan sesuatu yang kuat terhadap Dimas."


Andi menggenggam tangan Clara dengan lembut. "Aku tahu, Clara. Aku bisa merasakan kebingunganmu. Tapi aku percaya bahwa kita bisa melewati ini bersama, apa pun yang kamu putuskan."


Clara merasa hatinya tersentuh oleh kehangatan dan pengertian Andi. Dia tahu bahwa Andi adalah pria yang luar biasa, tetapi dia juga tidak bisa mengabaikan perasaannya terhadap Dimas.


Malam itu, Clara berbaring di tempat tidurnya, berpikir tentang semua yang telah terjadi. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus hidup dalam kebingungan ini. Dia harus membuat keputusan yang jelas dan tegas.


Keesokan harinya, Clara mengajak Maya untuk bertemu di taman. Mereka duduk di bangku favorit mereka, dan Clara menceritakan semuanya kepada sahabatnya.


"Maya, aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa," kata Clara dengan suara putus asa. "Aku mencintai Andi, tapi aku juga tidak bisa mengabaikan perasaanku terhadap Dimas."


Maya mendengarkan dengan seksama sebelum akhirnya berbicara. "Clara, kamu harus mendengarkan hatimu. Apa yang sebenarnya kamu inginkan? Apa yang membuatmu bahagia?"


Clara menatap Maya dengan mata yang penuh air mata. "Aku ingin bahagia, Maya. Tapi aku juga tidak ingin menyakiti Andi."


Maya menggenggam tangan Clara. "Kadang-kadang, untuk menemukan kebahagiaan, kita harus membuat keputusan yang sulit. Kamu harus jujur pada dirimu sendiri dan pada Andi."


Clara tahu bahwa Maya benar. Dia harus membuat keputusan yang jelas, tanpa keraguan. Dia memutuskan untuk berbicara dengan Dimas sekali lagi.


Malam itu, Clara bertemu dengan Dimas di taman dekat kafe. Mereka duduk di bangku yang sama seperti sebelumnya, dan Clara merasa hatinya berdebar kencang.


"Dimas, aku telah memikirkan semuanya," kata Clara dengan suara pelan. "Aku tidak bisa terus hidup dalam kebingungan ini. Aku harus membuat keputusan."


Dimas menatapnya dengan tatapan penuh harap. "Apa yang kamu putuskan, Clara?"


Clara menarik napas dalam-dalam. "Aku mencintai Andi. Dia adalah pria yang luar biasa, dan aku tidak bisa mengabaikan komitmenku padanya. Aku harus memilih dia."


Dimas terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Aku mengerti, Clara. Aku menghormati keputusanmu. Yang terpenting adalah kebahagiaanmu."


Clara merasa air mata mengalir di pipinya. "Maafkan aku, Dimas. Aku tidak ingin menyakitimu."


Dimas tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Clara. Aku akan selalu menghargai waktu yang kita habiskan bersama. Kamu adalah wanita yang istimewa, dan aku berharap kamu bahagia bersama Andi."


Clara merasa hatinya hancur, tetapi dia tahu bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat. Dia mengucapkan selamat tinggal kepada Dimas dan berjalan pulang dengan perasaan campur aduk.


Setibanya di rumah, Clara menemukan Andi sedang duduk di ruang tamu, menunggunya. Dia menatap Clara dengan cemas, dan Clara tahu bahwa saatnya telah tiba untuk jujur sepenuhnya.


"Andi, aku telah membuat keputusan," kata Clara dengan suara tegas. "Aku memilih kamu. Aku mencintaimu, dan aku ingin kita melanjutkan hidup kita bersama."


Andi merasa lega dan memeluk Clara dengan erat. "Terima kasih, Clara. Aku tahu ini tidak mudah bagi kita berdua, tetapi aku yakin kita bisa melewati ini bersama."


Clara merasa hatinya lega mendengar kata-kata Andi. Dia tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, tetapi dia yakin bahwa cinta mereka cukup kuat untuk mengatasi segala rintangan.


Hari-hari berikutnya, Clara dan Andi bekerja keras untuk memperbaiki hubungan mereka. Mereka lebih sering berbicara tentang perasaan mereka dan mencoba memahami satu sama lain. Clara merasa bersyukur memiliki Andi di sisinya, dan dia bertekad untuk tidak mengecewakan tunangannya lagi.


Namun, bayangan Dimas masih menghantui Clara sesekali. Dia tahu bahwa perasaannya terhadap Dimas adalah sesuatu yang nyata, tetapi dia juga tahu bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat untuk memilih Andi. Clara belajar untuk menerima bahwa dalam hidup, kadang-kadang kita harus membuat pilihan yang sulit demi kebahagiaan kita sendiri dan orang-orang yang kita cintai.


Clara dan Andi melanjutkan persiapan pernikahan mereka dengan semangat baru. Mereka menyadari bahwa hubungan mereka telah diuji, tetapi mereka juga tahu bahwa cinta mereka cukup kuat untuk mengatasi segala rintangan. Clara berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan setia pada Andi dan menghargai komitmen mereka.


Di sisi lain, Dimas melanjutkan hidupnya dengan penuh pengertian dan ketulusan. Dia tahu bahwa perasaannya terhadap Clara adalah sesuatu yang istimewa, tetapi dia juga tahu bahwa kebahagiaan Clara adalah yang terpenting. Dimas memutuskan untuk fokus pada pekerjaannya dan mengejar mimpinya sebagai fotografer.


Clara dan Andi akhirnya menikah dalam sebuah upacara yang indah dan penuh makna. Mereka mengucapkan janji suci di hadapan keluarga dan teman-teman, berjanji untuk saling mencintai dan mendukung satu sama lain sepanjang hidup mereka. Clara merasa bahagia dan bersyukur memiliki Andi di sisinya, dan dia tahu bahwa mereka telah melalui banyak hal bersama untuk mencapai momen ini.


Meskipun perjalanannya tidak selalu mudah, Clara menyadari bahwa setiap pilihan yang dia buat telah membentuk hidupnya menjadi lebih baik. Dia belajar bahwa kebahagiaan sejati datang dari keberanian untuk membuat keputusan yang sulit dan kejujuran pada diri sendiri serta orang-orang yang kita cintai.


Dengan hati yang penuh cinta dan tekad, Clara dan Andi memulai babak baru dalam hidup mereka sebagai suami dan istri. Mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi banyak tantangan di masa depan, tetapi mereka yakin bahwa bersama-sama, mereka bisa mengatasi apa pun yang datang. Clara merasa bahwa dia telah menemukan kebahagiaan sejati dalam cintanya dengan Andi, dan dia bertekad untuk menjaga api cinta itu tetap menyala selamanya.